Rabu, 25 November 2009


KEISTIMEWAAN LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

Lalat buah (Drosophila melanogaster) mungkin bagi kebanyakan orang merupakan hewan yang mengganggu dan menjijikan apalagi hewan ini sering kali menjadi musuh bagi para penjual buah-buahan maupun penjual minuman “jus”. Kehadirannya akan membuat para pembeli enggan membeli buah atau jus bila tempat menyimpan buah-buahan ataupun sisa buah yg busuk atau kulit buah yang dibuang di tempat sampah banyak dikerumuni oleh lalat ini. Namun siapa sangka, lalat buah di tangan orang biologi terutama bagi orang yang berkecimpung dalam bidang Genetika justru lalat buah menjadi “hewan primadona”. Ya..ya lalt ini memgang peranan yang penting dalam beberapa pengujian genetika, seperti dalam pengujian Hipotesis Mendel, baik Hukum Mendel 1 atau Hukum Segregasi dan Hukum Mendel II atau Hukum Pemisahan Secara Bebas, pautan seks, crossing over, kromosm politen dan lain sebagainya.

LAPORAN OBSERVASI Tugas Sumber Belajar Biologi

LAPORAN OBSERVASI
Disusun Untuk Melengkapi Tugas Sumber Belajar Biologi
Dosen Pembimbing : Dra. Sawitri Komarayanti, M.Si.
















Disusun Oleh :
Yudhis Citra Wahyudi (07121001)
Ayu Cahyati (07121047)



PROGRAM STUDI BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2009




A. Taman Nasional Meru Betiri








Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang dikenal sebagai hutan tropis dataran rendah di Propinsi Jawa Timur bagian Selatan, memiliki keanekaragaman hayati yang tingggi, diantaranya adalah kekayaan flora dengan berbagai jenis tumbuhan yang bermanfat obat, habitat fauna serta sebagai obyek dan daya tarik wisata alam yang tersebar pada areal seluas 58.000 Ha, dengan luas daratan 57.155 Ha dan perairan 845 Ha.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-V/2007 tanggal 1 Pebruari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, bahwa TNMB mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan ekosistem kawasan TNMB dalam rangka konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai-nilai penting yang terkandung dalam taman nasional seperti perkonservasian fungsi hidrologi, potensi flora fauna, sangat besar manfaatnya bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.
a) Gambaran Umum
Kawasan hutan Meru Betiri pada awalnya berstatus sebagai hutan lindung yang penetapannya berdasarkan Besluit van den Directur van Landbouw Neverheiden Handel yaitu pada tanggal 29 Juli 1931 Nomor: 7347/B serta Besluit Directur van Economiche Zaken tanggal 28 April 1938 Nomor : 5751, kemudian pada tahun 1967 kawasan ini ditunjuk sebagai Calon Suaka Alam dan pada periode berikutnya kawasan hutan lindung ini ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa seluas 50.000 Ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 276/Kpts/Um/ 6/1972 tanggal 6 Juni 1972 dengan tujuan utama perlindungan terhadap jenis Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica). Kemudian pada tahun 1982 berasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 529/Kpts/Um/6/1982 tanggal 21 Juni 1982 kawasan Suaka Margasatwa Meru Betiri diperluas menjadi 58.000 Ha.
Perluasan ini mencakup wilayah Perkebunan Bandealit dan Sukamade Baru seluas 2.155 Ha, serta kawasan hutan lindung sebelah Utara dan kawasan perairan laut sepanjang Pantai Selatan seluas 845 Ha. Pada perkembangan berikutnya yaitu dengan diterbitkannya surat pernyataan Menteri Pertanian Nomor : 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 Suaka Margasatwa Meru Metiri dinyatakan sebagai Calon Taman Nasional, Pernyataan ini dikeluarkan bersamaan dengan diselenggarakannya Kongres Taman Nasional Sedunia III di Denpasar, Bali. Penunjukan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 277/Kpts-VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 seluas 58.000 Ha yang terletak pada dua wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Jember seluas 37.585 Ha dan Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 Ha.
b) Tanah Geologi, Iklim, dan Hidrologi





Secara umum jenis tanah di kawasan TNMB merupakan asosiasi dari jenis aluvial, regosol dan latosol. Tanah aluvial umumnya terdapat di daerah lembah dan tempat rendah sampai pantai, sedangkan regosol dan latosol umumnya terdapat di lereng dan punggung gunung. Menurut Suganda dkk (1992) geologi kawasan TNMB terdiri dari :
• Aluvium: kerakal, kerikil, pasir dan lumpur.
• Formasi Sukamade: batu gunung terumbu bersisipan batu lanau dan batu berpasir.
• Formasi Puger: Batu gunung terumbu bersisipan breksi batu gunung dan batu gamping hutan.
• Formasi batu ampar: perselingan batu pasir dan batu lempung bersisipan tuf, breksi dan konglomerat.
• Anggota batu gamping formasi Meru Betiri: batu gamping, batu gamping tufan dan napal.
• Formasi Meru Betiri: perselingan breksi gunung api, lava dan tuf, terpropilitan
• Formasi Mandiku: breksi gunung api dan tuf, breksi berkomponen andesit dan basal bersisipan tuf.
• batuan terobosan: granodiorit, diorit dan dasit.
Aluvium, Formasi Sukamade, Formasi Puger, Formasi Batu Ampar dan anggota batu gamping Formasi Meru Betiri berasal dari batuan endapan permukaan dan batuan sedimen. Untuk Formasi Meru Betiri dan Formasi Mandiku berasal dari batuan gunung api. Sedangkan batuan terobosan berasal dari batuan terobosan. Aluvium terbentuk pada zaman Holosen Kuartier, Formasi Batu Ampar terbentuk pada Zaman Oligosen, Formasi Mandiku dan Formasi Puger terbentuk pada Zaman Akhir Miosen Tersier, Batuan terobosan terbentuk pada Zaman Tengah Miosen Tersier sedangkan Formasi Meru Betiri, Formasi Sukamade, anggota batu gamping Formasi Meru Betiri terbentuk pada Zaman Awal Miosen Tersier.
Kawasan TNMB merupakan wilayah yang dipenuhi oleh angin musim. Bertiupnya angin barat laut pada Bulan Nopember sampai dengan Maret menyebabkan hujan, sedangkan pada akhir Bulan April sampai dengan Oktober terjadi musim kemarau. Pada bulan Juni hingga Agustus curah hujan cukup besar sehingga menyebabkan banjir di beberapa daerah. Curah hujan dikawasan ini bervariasi antara 1252 – 2818 mm per tahun dengan bulan basah antara bulan Nopember – Maret, dan kering antara April – Oktober. Di daerah bekas perkebunan Bandealit (sebelah Barat) rata-rata curah hujan antara 1438 – 2818 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember – Maret. Sebaliknya di daerah bekas perkebunan Sukamade (sebelah Tengah) rata-rata curah hujan tahunan antara 1307 – 1856 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari – Maret.
Kawasan TNMB bagian Utara dan Timur (Sukamade – Malangsari) berdasarkan tipe iklim Schmidt dan Ferguson termasuk iklim B yaitu daerah tanpa musim kering dan hutan hujan tropika yang selalu hijau. Sebaliknya dibagian lainnya termasuk tipe iklim C yaitu daerah denga musim kering nyata dan merupakan peralihan hutan tropika ke hutan musim.
Namun demikian berdasarkan laporan penelitian pengembangan buffer zone pelestarian Alam TNMB Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1984) kawasan taman nasional di Indonesia sebelah Timur memiliki tipe iklim A, C, dan E serta di sebelah Barat bertipe iklim E, C, dan F.
Di kawasan TNMB terdapat air tanah dan produktifitas akifer (bercelah atau sarang), yaitu :
1. Akifer setempat produktif sedang; akifer tidak menerus, tipis dan rendah keterusannya, debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik.
2. Akifer produktif sedang, dengan penyebaran luas; akifer dengan keterusan sedang sampai rendah, muka air tanah beragam, di dekat muka tanah sampai lebih dari 10 m, debit sumur umumnya kurang 5 liter/detik.
3. Akifer produktif dengan penyebaran luas; akifer dengan keterusan sedang, muka air tanah atau tinggi pisometer air tanah dekat atau di atas muka tanah, debit sumur umumnya 5 s/d 10 liter/detik.
Untuk Komposisi litologi batuan dan kelulusannya, desa daerah penyangga kawasan TNMB terdiri dari:
1. Aluvium endapan sungai, umumnya tersusun oleh bahan-bahan berbutir halus (lempung lanau, dengan selingan pasiran).
2. Endapan aluvium daratan, berbutir kasar hingga sedang dengan sisipan lempungan.
Untuk komposisi litologi batuan dan kelulusannya, kawasan TNMB terdiri dari:
1. Batu gamping terumbu berlapis, dengan tingkat pembentukan karst yang beragam. Kelulusan sedang sampai tinggi.
2. Batuan volkan mengandung leusit. Kelulusan rendah sampai sedang.
3. Aluvium endapan sungai, umumnya tersusun oleh bahan-bahan berbutir halus (lempung lanau, dengan selingan pasiran). Umumnya kelulusannya sedang hingga rendah.
Adapun sumber daya air yang ada di kawasan TNMB berasal dari tiga sungai yaitu S. Sukamade, S. Sanenrejo, dan S. Bandealit (tabel 1). Selain sungai pengelola kawasan dan masyarakat setempat menggunakan sumur sebagai sumber air.
c) Ekosistem
Kawasan TNMB termasuk hutan hujan tropis dengan formasi hutan bervariasi yang terbagi ke dalam tiga (3) tipe ekosistem yaitu ekosistem hutan pantai, ekosistem payau dan ekosistem hutan hujan dataran rendah. Keadaan hutannya selalu hijau dan terdiri dari jenis pohon yang beraneka ragam serta bercampur jenis bambu yang tersebar di seluruh areal ini.
1.Ekosistem Pantai
Ekosistem ini dapat dijumpai di sekitar Bandealit, Teluk Sukamade dan Meru. Vegetasi yang ada terdiri dari dua formasi yaitu formasi Pescaprae dan formasi Baringtonia. Formasi Pescaprae terdiri dari tumbuhan yang tumbuh rendah dan kebanyakan terdiri dari jenis herba, sebagian tumbuh menjalar. Jenis yang paling banyak adalah Ubi Pantai (Ipomoea pescaprae) dan Rumput Lari-Lari (Spinifex squarosus). Formasi Baringtonia terdiri dari Keben (Baringtonia asiatica), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Waru (Hibiscus tiliaceus), Ketapang (Terminalia catappa), Pandan (Pandanus tectorius) dan lain-lain.


3. Ekosistem Payau / Mangrove
Ekosistem ini dapat dijumpai di bagian timur Teluk Rajegwesi yang merupakan Muara Sungai Lembu dan Karang Tambak, Teluk Meru dan Sukamade yang tersusun atas vegetasi hutan yang tumbuh di garis pasang surut. Jenis-jenis yang mendominasi adalah bakau-bakauan (Rhizophora sp), Api-Api (Avicenia sp) dan Tancang (Bruguiera sp). Semua jenis pohon yang terdapat dalam tipe vegetasi ini mempunyai pembentukan akar yang spesifik. Di muara Sungai Sukamade terdapat Nipah (Nypa fruticans) yang baik formasinya.
4. Hutan Hujan Tropika
Sebagian besar kawasan hutan TNMB merupakan tipe vegetasi hutan hujan tropika dataran rendah. Pada tipe ekosistem ini juga tumbuh banyak jenis epifit, seperti anggrek dan paku-pakuan serta liana. Jenis tumbuhan yang banyak dijumpai diantaranya jenis Walangan (Pterospermum diversifolium), Winong (Tetrameles nudiflora), Gondang (Ficus variegata), Budengan (Diospyros cauliflora), Pancal Kidang (Aglaia variegata), Rau (Dracontomelon mangiferum), Glintungan (Bischoffia javanica), Ledoyo (Dysoxylum amoroides), Randu Agung (Gossampinus heptaphylla), Nyampuh (Litsea sp), serta Rotan Warak (Plectocomia elongata) dan lainnya.

DOKUMENTASI LOKASI SUMBER BELAJAR BIOLOGI




























B. Rembangan
Kabupaten Jember tidak hanya memiliki pemandangan yang indah dan mempesona dari puncak Rembangan, karena di dekat obyek wisata tersebut juga ada kebun buah naga milik Pemkab Jember. "Banyak mahasiswa dan pelajar yang berkunjung ke kebun ini untuk belajar tentang tata cara bercocok tanam buah naga sambil berwisata," katanya. Kebun buah naga, kata dia, dikemas dengan konsep agrowisata sehingga pengunjung datang dan langsung membeli dan memetik sendiri di kebun. Yang membedakan hasil produksi itu, karena Dinas Pertanian menggunakan pupuk organik dalam memupuk buah naga dan berusaha menghidari pemggunaan pupuk kimia," katanya menambahkan.

"Poltek Nursery"
Poltek Nursery yang didirikan pada tahun 2004 dengan menempati luas lahan di lereng Rembangan seluas 2,6 ha itu menjadi daya tarik yang dapat memanjakan mata wisatawan memandang indahnya ragam bunga. "Jenis bunga yang ditanam, antara lain bunga chrysant, mawar, philodendron (philo), Gerbera dan terbaru bunga Merak (Peacock Flower). Para pengelola perkebunan berhasil membiakkan jenis anggrek wangi, dengan bunga yang harum dan segar. Anggrek wangi itu merupakan hasil kawin silang antara induk jantan anggrek hibrida dari Taiwan dan induk betina jenis Palenopsis. Hasilnya muncul varietas baru dengan bunga yang mengeluarkan aroma khas dan terbukti paling laris dan banyak peminatnya




































C. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Beralamat di Jl.PB.Sudirman 90.68118-Jember .
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Di Indonesia, kakao mulia dihasilkan oleh beberapa perkebunan tua di Jawa. Varietas penghasil kakao mulia berasal dari pemuliaan yang dilakukan pada masa kolonial Belanda, dan dikenal dari namanya yang berawalan "DR" (misalnya DR-38). Singkatan ini diambil dari singkatan nama perkebunan tempat dilakukannya seleksi (Djati Roenggo, di daerah Ungaran, Jawa Tengah). Varietas kakao mulia berpenyerbukan sendiri. Sebagian besar daerah produsen kakao di Indonesia menghasilkan kakao curah. Kakao curah berasal dari varietas-varietas yang self-incompatible. Kualitas kakao curah biasanya rendah, meskipun produksinya lebih tinggi. Bukan rasa yang diutamakan tetapi biasanya kandungan lemaknya.
Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.
Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.
Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.
Alat dan Mesin Pengolah Kopi

PENGUPAS KULIT BUAH KOPI (Pulper)
Kapasitas. 50 kg/jam, Tanpa Penggerak [manual], Bahan pengupas kulit : Tembaga, Rangka mesin : Baja profil kotak
Kapasitas. 1 ton-3 ton/jam, Penggerak motor HONDA 5,5 PK/ diesel China 16 PK, Type 2 [double] silinder/3 [triple] silinder, Transmisi pulley dan sabuk karet V., Dilengkapi dengan kopling dan pelindung, Bahan pengupas kulit : plat tembaga profil, Rangka mesin : Baja profil kotak, Pelengkap : Pipa saluran air pencuci
Fungsi: Melepas kulit buah kopi untuk memudahkan pelepasan atau pembersihan lapisan lendir dari permukaan kulit tanduk.


PENCUCI KOPI HS (Washer)
Kapasitas. 30 kg/batch [1 bach 5-7 menit], Penggerak motor bakar Honda 5,5 PK, Transmisi : Sabuk karet V dilengkapi dengan kopling dan pelindung, Drum pencuci : Pelat alumunium
Rangka mesin : baja profil kotak
Kapasitas. 500 kg/jam, Type silinder horisontal, Penggerak motor bakar Honda 5,5 PK, Transmisi : Sabuk karet V dilengkapi dengan kopling dan pelindung, Drum pencuci : Pelat alumunium
Rangka mesin : baja profil kotak
Fungsi: Melepas lapisan dan membersihkan benda asing dipermukaan kulit tanduk kopi.


PENGERING (Dryer)
Fungsi: Mempercepat proses difusi air sehingga aman disimpan dan tetap memiliki mutu yang baik sampai ke tahap proses pengolahan berikutnya.
Kapasitas 750kg/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 1 kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik ½ HP, Lantai pengering : Ayakan alumunium, Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas, Rangka mesin : Baja profil kotak
Kapasitas 4 ton/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 3, kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik 1 HP, Lantai pengering : Ayakan alumunium, Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas



PENGUPAS KULIT KERING (Huller)
Kapasitas 1000 kg/jam [HS kering], Penggerak mesin diesel China 24 PK, Bahan pengupas kulit : Baja, Rangka mesin : Baja profil kotak, Pelengkap : Kipas sentrifugal sebagai pemisah kulit
Kapasitas 200 kg/jam [HS kering], Penggerak mesin diesel China 16 PK, Bahan pengupas kulit : Baja, Rangka mesin : Baja profil kotak, Pelengkap : Kipas sentrifugal sebagai pemisah kulit
Fungsi: Memisahkan kulit buah kering, kulit tanduk dan kulit ari sehingga diperoleh biji kopi pasar yang bersih dan bermutu.


SORTASI KOPI [grader]
Kapasitas 400 kg/jam, Penggerak motor listrik 1/2 HP, Transmisi pulley dan sabuk karet V., Pemisah biji : Ayakan SS, Rangka mesin : Baja profil kotak
Kapasitas 1200 kg/jam, penggerak motor bakar 5,5 PK, Transmisi pulley dan sabuk karet V., Pemisah biji : Ayakan SS, Rangka mesin : Baja profil kotak
Fungsi: a. Meingkatkan produktivitas kerja sortasi manual; b. Biji kopi terkumpul dalam beberapa ukuran yang seragam berdasarkan tingkatan mutunya. Kompartemen I berupa biji kecil, kompartemen II biji sedang, kompartemen III biji besar, dan kompartemen IV biji ekstra besar.


GUDANG PENYIMPANAN KOPI DENGAN ATMOSFIR TERKENDALI
Fungsi: a. Menyimpan biji kopi kering hasil sortasi dalam waktu yang relatif lama sebelum dijual ke konsumen; b. Tujuan pemakaian gudang dengan atmosfir terkendali adalah untuk mencegah kerusakan mutu biji kopi secara mikrobiologis dan serangan hama gudang seperti serangga atau tikus.
Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Multikomoditi (kakao, jagung, gabah); Suhu dan kelembaban udara di dalam gudang mudah diatur.
Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 1120.000 kg kopi kering (ka. 12%) b. Jenis kipas: Aksial (3 buah, @ 8 sudu); c. Penggerak: Motor listrik 1/4 HP, 220 V, 1.440 rpm, single phase; d. Transmisi: Langsung; e. Sumber panas: Kolektor panas matahari; Luas bangunan: 200 m2; Bahan konstruksi: Besi baja, pasangan batu-bata, plat aluminium, fiber polycarbonat.


SANGRAI KOPI (Roaster)
Fungsi: a. Untuk membantu pembentukan calon aroma dan citarasa khas kopi bubuk; b. Memudahkan proses penghalusan. Fleksibilitas dan
Keunggulan: a.Multikomoditi (kakao, makadamia, kacang); b. Kontrol mutu mudah dilakukan; c. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; d. Hasil sangrai seragam, konsisten dan bersih. Spesifikasi Teknis: a.
Kapasitas: 10 - 50 kg/batch; b. Sumber panas: Kompor bertekanan (burner) minyak tanah; d. Penggerak: Motor listrik 1/2 - 1 HP, 220 V, 1.440 rpm, single phase; Transmisi: Pulley dan sabuk karet V, serta rantai dan roda gigi; e. Dimensi: 1.200 x 1.000 x 1.500 mm; f. Bahan konstruksi: Besi baja, plat aluminium, plat besi.

PENCAMPUR MEKANIS KOPI SANGRAI (Mixer)
Fungsi: Mencampur biji kopi sangrai agar bubuk kopi yang dihasilkan konsisten dan seragam.
Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Mutu bubuk kopi hasil pencampuran baik; b. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; c. Energi rendah dan efisien.
Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 30 - 40 kg biji kopi sangrai/batch; b. Tipe: Drum hexagonal; c. Transmisi: roda gigi dan rantai, serta pulley dan sabuk karet V; d. Penggerak: Motor listrik 3 HP, 220 V, 1.440 rpm; Dimensi: 1.160 x 1.000 x 1.600 mm; f. Bahan konstruksi: Plat aluminium, plat besi.

PEMBUBUK KOPI (Grinder)
Fungsi: Memperkecil ukuran partikel kopi sesuai dengan keinginan konsumen. Fleksibilitas dan
Keunggulan: a. Mutu bubuk kopi hasil pembubukan baik; b. Keseragaman bubuk kopi baik; c. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; d. Energi rendah dan efisien.
Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 15-60 kg kopi biji sangrai/jam; b. Tipe: Pin mill; c. Transmisi: Pulley dan sabuk karet V; Penggerak: Motor listrik 5,5 HP, 220 V, 1.440 rpm, single phase; e. Dimensi: 800 x 600 x 1.000 mm; f. Bahan konstruksi: Plat aluminium, plat besi.

Alat ukur kadar air kopi dan kakao digital [DIGI MOST]

Sumber arus : Baterai type AA 2500 mAh rechargeable 6 buahSkala meter : 5-35%, Dimensi : 13,5x12x8cm, Berat : 690 g

Alat ukur kadar air kopi dan kakao analog KAKO TESTER

Spesifikasi:a. Sumber arus baterai 6 x 1,5 V tipe AA; b. Skala meter 0 - 20%; Dimensi : 14,2 x 13,5 x 8,5 cm; c. Berat 830 g. Keunggulan : Akurasi tinggi, harga murah, praktis. Kegunaan : Untuk mengukur kadar air
biji kopi, biji kakao,
cengkeh, lada, padi.




MESIN SANGRAI UNTUK UJI CITARASA
Fungsi: Sarana pengawasan mutu biji kopi sebelum maupun setelah proses produksi bubuk kopi.
Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Multikomoditi (kakao, makadamia, kacang); b. kontrol mutu mudah dilakukan; c. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan; d. Hasil sangrai seragam, konsisten dan bersih.
Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 100 g; b. sumber panas: infra Red Tubes (3 unit, @ 500 W), 220V; c. Penggerak : Motor DC 12 W; d. Transmisi: Pulley dan sabuk karet V, serta rantai dan roda gigi; e. Dimensi: 750 x 250 x 270 mm; f. Bahan konstruksi: Besi baja, plat aluminium, plat besi.

PENGEMAS VACUM (Vacum sealer)
Fungsi: a. Memperpanjang umur simpan bubuk kopi di dalam kemasan vakum.
Fleksibilitas dan Keunggulan: a. Multikomoditi (bubuk cokelat, lemak, pasta coklat, susu bubuk, krim).
Spesifikasi Teknis: a. Kapasitas: 10 - 15 bungkus/batch; b. Tipe: Vaccum; c. Penggerak: Motor listrik 1 HP, 1.440 rpm, 220 V, single phase; d. Sumber panas: Electric element 2 unit (@ 600 W); e. Dimensi: 950 x 900 x 1.100 mm; f. Bahan konstruksi: Besi baja, plat aluminium.

Alat dan Mesin Pengolah Kakao


Mesin pemecah buah kakao dan pemisah biji (pod breaker)
Kapasitas. 3 ton/jam, penggerak motor bakar Honda 5,5 PK, Transmisi pulley dan sabuk karet V., Pemisah biji : ayakan SS, Rangka mesin : baja profil kotak

MESIN PENCACAH KULIT BUAH KAKAO (Skreader)
Fungsi: Pencacah kulit buah kakao tipe silinder yang mudah dipindahkan dari UPH ke UPH yang lain dan memiliki kapasaitas pencacahan tinggi.
Pencacahan sampai dengan kehalusan; Spesifikasi: Kapasitas: 7-10 m2 kulit buah kakao/jam (tergantung kondisi bahan), tipe: mobile, penggerak:motor diesel 20 HP., transmisi: puley dan sabuk karet v; Keunggulan: Kapasitas pencacahan tinggi dan relatif seragam, perawatan mudah dan murah, Rangka kuat, kokoh, dan menggunakan sistem knock-down, komakt sehingga mudah di pindahkan di areal kebun

PETI FERMENTASI
Fungsi: Menghasilkan senyawa-senyawa calon pembentuk (precursor) rasa dan aroma khas cokelat di dalam biji kakao.
Fleksibilitas dan Keunggulan:
a. Perawatan mudah; b. Hasil fermentasi baik, suhu fermentasi tercapai, lapisan lendir terurai dan terlepas dari permukaan biji secara alami, serta terjadi perubahan nilai pH biji karena pembentukan senyawa-senyawa asam; Skala Individu: a. Peti kayu dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 50 cm; b. Waktu fermentasi selama 5 menit. Skala Kelompok: a. Rekator berbentuk peti dangkal dua deret (shallow box); b. Waktu fermentasi 5 hari ( 2 hari di deret pertama (atas), dan 3 hari di deret peti kedua (bawah); c. tahap pemindahan sekaligus berfungsi sebagai proses pembalikan biji

PEMERAS LENDIR KAKAO [depulper]
Fungsi:
a. Mengurangi kandungan lendir (pulp) dipermukaan biji kakao sehingga waktu fermentasi lebih singkat dan menurunkan tingkat keasaman biji kering;
b. Lendir hasil pemerasan dapat diproses lanjut menjadi produk samping yang memiliki nilai tambah;
c. Mudah dipindah-pindah.
Fleksibilitas dan Keunggulan:
a.Hasil pemerasan baik dan bersih; b.Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan;
c.Mudah dipindah-pindahkan.
Spesifikasi Teknis :
Kapasitas. 1-1,25 ton/jam,
penggerak motor bakar Honda 5,5 PK, Transmisi pulley dan sabuk karet V.Pemisah lendir : ayakan SS., Rangka mesin : baja profil kotak

PENGERING (Dryer)
Kapasitas 750kg - 1,5 ton /batch [1 batch = 50 jam]
sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 1 kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik ½ HP, Lantai pengering :
Ayakan alumunium
Sistem pemanasan biji :
Tidak langsung lewat pipa pindah panas
Rangka mesin : Baja profil kotak
Kapasitas 2.5ton/batch [1 batch = 50 jam], sumber panas : tungku kayu burner minyak tanah, nabati [sesuai kebutuhan] dengn 2 kipas aksial, Penggerak mesin diesel 7 PK eks. China/motor listrik 1 HP,
Lantai pengering :
Ayakan alumunium, Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas, Rangka mesin : Baja profil kotak


SORTASI KAKAO (grader)

Fungsi:
a. Meningkatkan produktivitas kerja sortasi manual;
b. Biji kakao terkumpul dalam beberapa ukuran yang seragam berdasarkan tingkatan mutunya. Kompartemen I berupa pecahan biji dan biji kecil, kopartemen II biji mutu C, kopartemen III biji mutu A dan B, dan kopartemen IV biji mutu AA.
Fleksibilitas dan Keunggulan:
a. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan;
b. Keseragaman mutu kosisten dan bersih; c. Sudut kemiringan dan kecepatan putar silinder sortasi mudah diatur. Spesifikasi Teknis:
Kapasitas. 400 - 1200 kg/jam, penggerak motor listrik 1/2 HP/5,5 PK, transmisi pulley dan sabuk karet V. Pemisah biji : Ayakan SS Rangka mesin : Baja profil kotak


GUDANG PENYIMPANAN KAKAO DENGAN ATMOSFIR TERKENDALI
Fungsi:
a. Menyimpan biji kakao kering hasil sortasi dalam waktu yang relatif lama sebelum dijual ke konsumen;
b. ujuan pemakaian gudang dengan atmosfir terkendali adalah untuk mencegah kerusakan mutu biji kakao secara mikrobiologis dan serangan hama gudang seperti serangga atau tikus.
Fleksibilitas dan Keunggulan:
a. Multikomoditi (kakao, jagung, gabah); Suhu dan kelembaban udara di dalam gudang mudah diatur.
Spesifikasi Teknis:
a. Kapasitas: 1120.000 kg kakao kering (ka. 12%)
b. Jenis kipas: Aksial (3 buah, @ 8 sudu);
c. Penggerak: Motor listrik 1/4 HP, 220 V, 1.440 rpm, single phase;
d. Transmisi: Langsung;
e. Sumber panas: Kolektor panas matahari; Luas bangunan: 200 m2; Bahan konstruksi: Besi baja, pasangan batu-bata, plat aluminium, fiber polycarbonat.

Mesin sangrai kakao [roaster]
Kapasitas. 10 - 50 kg/batch [1 batch = 30-45 menit],
sumber panas burner minyak tanah, minyak nabati [pilih sesuai kebutuhan] Penggerak motor listrik 1/2- 1 HP, 220 V., Dilengkapi dengan silinder pendingin dan kipas sentrifugal, Sistem pemanasan biji : tidak langsung lewat dinding sangrai yang terbuat dari pelat alumunium, Rangka mesin : Baja profil kotak


PEMISAH KULIT KAKAO (Desheller)
Fungsi:Untuk memperbesar luas permukaan hancuran nib sehingga pada saat perlakuan pengempoan maupun pembuatan pasta dengan bantuan pemanasan massa kakao akan menerima panas yang lebih banyak dan seragam.
Fleksibilitas dan Keunggulan:
a.Perawatan mudah dan murah, serta mudah diperbaiki;
b. Tenaga penggerak dapat motor listrik atao motor bakar;
c. Hasil pengupasan baik.
Spesifikasi Teknis :
a. Kapasitas: 115 kg/jam;
b. Penggerak: Motor listrik 1 HP, 220 V, 1.440 rpm, single phase;
c. Transmisi: Pulley dan sabuk karet V;
d. Dimensi: 800 x 600 x 1.450 mm;
e. Bahan konstruksi: Besi bajan, plat besi.


ALAT PRES LEMAK KAKAO
Fungsi:Untuk memisahkan lemak atau minyak dari nib kakao.
Fleksibilitas dan Keunggulan: a.Multikomoditi (buah asam, jambu mete, biji mete, kulit buah kakao);
b. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan;
c. Hasil pengempoan baik. Spesifikasi Teknis :
a. Kapasitas: 0,5 kg nib/batch;
b. Unit pengpress: Dongkrak hidrolik, 20 ton;
c. Dimensi: 600 x 600 x 1.200 mm;
d. Bahan konstruksi: Besi baja, ulir baja, plat baja.


PEMASTA COKLEAT

Fungsi:Melumatkan pecahan
pecahan nib pasca sangrai dengan menggunakan ulir (screw) sampai diperoleh pasta cokelat.
Fleksibilitas dan Keunggulan:
a. Pasta yang diperoleh bermutu baik;
b. Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan;
c. Mudah diadopsi oleh perkebunan rakyat.
Spesifikasi Teknis :
a. Kapasitas: 5 kg/jam;
b. Tipe: ulir;
c. Penggerak: Motor listrik 1 HP, 220 V, 1.440 rpm, single phase d. Dimensi: 1.000 x 400 x 750 mm; f. Bahan konstruksi: Besi baja, plat aluminium.


PENGHALUS PASTA DAN PEMBUBUK COKLEAT

Fungsi: Memperhalus partikel pasta dan bubuk cokelat; Fleksibilitas dan Keunggulan:
a. Untuk proses pembubukan dan penghalusan pasta,
b.Perawatan mudah dan murah, serta mudah dioperasikan,
c. Hasil pembubukan dan penghalusan pasta baik;
Spesifikasi: Kapasitas, Pemasta halus : 15 kg/batch, Pembubuk : 4 kg/batch; Penggerak:Motor listrik 2 HP; Pemanas:Elemen listrik 500 W; Transmisi:Pulley dan sabuk karet V; Bahan konstruksi:Besi baja, plat besi, plat aluminium
D. Budidaya Bekicot
Bekicot berasal dari Afrika Timur, tersebar keseluruh dunia dalam waktu relatif singkat, karena berkembang biak dengan cepat. Bekicot tersebar ke arah Timur sampai di kepulauan Mauritius, India, Malaysia, akhirnya ke Indonesia. Bekicot sejak tahun 1933 telah ada disekitar Jakarta, sumber lain menyatakan bahwa bekicot jenis Achatina fulica masuk ke Indonesia pada tahun 1942 (masa pendudukan Jepang).
Sampai saat ini, bekicot jenis Achanita fulica banyak terdapat di Pulau Jawa. Namun tidak semua jenis bekicot cocok dibudidayakan. Dua jenis bekicot yang biasa diternakkan, yaitu spesies Achatina fulica dan Achatina variegata. Ciri bekicot jenis Achanita fulica biasanya warna garis-garis pada tempurung/cangkangnya tidak begitu mencolok. Sedangkan jenis Achatina variegata warna garis-garis pada cangkangnya tebal dan berbuku-buku.
Jika bibit unggul belum tersedia maka sebagai langkah pertama dapat digunakan bibit lokal dengan jalan mengumpulkan bekicot yang banyak terdapat di kebun pisang, kelapa, serta semak belukar. Bekicot yang baik dijadikan bibit adalah yang tidak rusak/cacat yang sementara waktu dan yang besar dengan berat lebih kurang 75-100 gram/ekor.
Bekicot biasanya kawin pada usia enam sampai tujuh bulan ditempat pemeliharaan yang cukup memenuhi syarat. Pada masa kawin bekicot betina mulai menyingkir ke tempat yang lebih aman. Bekicot bertelur di sembarang tempat. Jumlah telurnya setiap penetasan biasanya lebih dari lima puluh butir (50-100). Jumlah produksi telur tergantung masa subur bekicot itu sendiri. Besar telur bekicot tidak lebih dari 2 mm.
Keberhasilan budidaya bekicot tergantung pada cara perawatan dan pemeliharaan teknis selama diternakkan. Beberapa perawatan teknis dalam budidaya bekicot diantaranya meliputi penjagaan kelembaban lingkungan, mempertahankan kondisi lingkungan (yang lembab), pemberian pakan yang bermutu secara teratur, menjaga areal agar tidak dimasuki hewan lain, serta menjaga agar bekicot tidak ekluar dari areal pemeliharaan.
E. Pantai Paseban

Pantai Paseban terletak di Desa Paseban Kecamatan Kencong ± 45 km dari Kota Jember.

Keadaan Endapan Pasir Besi
Endapan pasir besi di Desa Paseban menghampar di sepanjang pantai mencapai 250 m –1000 m ke arah daratan berupa gumuk pasir (sand dune). Endapan ini bersifat material lepas dengan warna umumnya abu-abu kehitaman. Luas lahan prospek pasir besi ini ± 462,5 ha dan mencapai ± 23.125.000 m3 dengan asumsi kedalaman penambangan 5 m. Dari hasil analisis diketahui bahwa besar butir atau fraksi endapan pasir besi di pantai selatan sebarannya antara 40-200 mesh dengan kadar masing-masing fraksi antara 30-60%.

Kamis, 12 November 2009

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI “ JARINGAN PENGIKAT, TULANG RAWAN (KARTILAGO) DAN JARINGAN TULANG RAWAN “

LAPORAN PRAKTIKUM
HISTOLOGI
“ JARINGAN PENGIKAT, TULANG RAWAN (KARTILAGO) DAN JARINGAN TULANG RAWAN “










Nama : Yudhis Citra Wahyudi
NIM : 07121001
Gol / Kel. : 1 / I
Tanggal Praktikum : 10-06-2009
Tanggal Penyerahan : 17-06-2009
Dosen Pembimbing : Novi Eurika, S.Si
Co.Assisten : Dara Shandi Abi Resta
Yunita Handayani Budi




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2009

A. TOPIK PRAKTIKUM
Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, dibentuk oleh sel-sel dalam jumlah sedikit. Jaringan ikat terdiri atas populasi sel yang tersebar di dalam matrik ekstraseluler. Secara embriologi, jaringan ikat berasal dari lapisan mesoderm. Se-sel tersebut mensistesis matriks, dengan anyaman serat yang tertanam di dalamnya (Campbell et al. 1999). Jaringan ikat ini dapat dibedakan menjadi (1) jaringan ikat longgar dan (2) jaringan ikat padat, (3) jaringan lemak, (4) jaringan darah, (5) kartilago, dan (6) tulang.Diantara enam tipe jaringan ikat, jaringan ikat longgar paling banyak ditemukan di dalam tubuh kita. Berbagai jenis jaringan ikat membentuk dan mempertahankan bentuk dalam tubuh. Fungsi makaniknya adalah menyediakan matriks yang menghubungkan dan mengikat sel-sel, organ-organ, dan akhirnya menunjang seluruh tubuh.
Sel Mast merupakan sel jaringan ikat berbentuk bulat sampai lonjong yang sitoplasmanya dipenuhi granul sekretori basofilik. Inti bulatnya yang agak kecil terletak di tengah, inti sel mast sering ditutupi granul sitoplasmanya. Plasma sel,merupakan sel lonjong dan besar, dengan sitoplasma basofilik karena banyaknya reticulum endoplasma kasar. Serat jaringan ikat dibentuk dari protein yang berpolimerisasi menjadi struktur panjang. Ketiga jenis utama serat jaringan ikat adalah kolagen, retikulin, dan elastin. Serat kolagen dan retikulin terdiri atas protein kolagen, dan serat elastin terutama terdiri protein elastin. Serat retikulin terutama terdiri atas kolagen tipe III.
Tulang rawan ditandai dengan suatu matriks ekstrasel yang banyak mengandung glikosaminogligan dan proteogligan, yaitu makromolekul yang berinteraksi dengan serat kolagen dan elastin. Tulang rawan merupakan bentuk khusus jaringan ikat dengan konsistensi matriks ekstrasel yang ”keras” sehingga memungkinkan jaringan ini menahan stress mekanik tanpa terbentuknya distorsi yang permanen. Fungsi lainnya ialah menyangga jaringan lunak. Selain itu, juga berperan penting dalam perkembangan dan pertumbuhan tulang-tulang panjang, baik sebelum lahir maupun sesudah lahir.
B Tujuan Praktikum
1. Mengetahui struktur dan penyusunan jaringan pengikat longgar
2. Mengetahui struktur dan bagian-bagian jaringan pengikat badat
3. Mengetahui sruktur dan bagian-bagian jaringan lemak
4. Mengetahui struktur fungsi Tulang rawan Hialin dan Tulang rawan elastis
5. Mengetahui struktur fungsi tulang
C Hasil Pengamatan

Preparat 1 :
Gambar : Keterangan :

Preparat 2 :
Gambar : Keterangan :

Preparat 3 :
Gambar :


Keterangan :

Preparat 4 :
Gambar :





Keterangan :

Preparat 5 :
Gambar :





Keterangan :

Preparat 6 :
Gambar :





Keterangan :











D Pembahasan
Pada praktikum kali ini, preparat yang kami amati dari jaringan ikat serta jaringan tulang rawan dan jaringan tulang keras. Di preparat pertama, jaringan ikat longgar ditemukan serat elastis, serat kolagen dan fibroblast. Jaringan ikat longgar menunjang banyak struktur yang biasanya mengalami tekanan dan gesekan lemah.
Jaringan ikat longgar ini merupakan jaringan ikat yang paling banyak dijumpai dan mengisi ruang di antara kelompok sel otot, menunjang jaringan epitel serta membentuk lapisan serta membentuk lapisan yang membungkus yang membungkus pembuluh darah dan limfe. Jaringan ikat longgar juga ditemukan di stratum papilare dermis, hipodermis, lapisan serosa peritonium dan rongga pleura, papilare dermis, hipodermis, lapisan serosa peritonium dan rongga pleura, serta di kelenjar dan membran mukosa (membran basah yang melapisi berongga ) yang menyokong sel-sel epitel. Jaringan ikat longgar mencakup semua komponen utama dari jaringan ikat sejati. Tak ada unsur yang mendominasi di jaringan ini. Sel yang terbanyak ditemukan adalah fibroblast dan makrofag, namun semua jenis sel lainnya dari jaringan ikat juga terdapat disini. Serat kolagen, elastis dan retikulin terdapat di jaringan ini dalam jumlah sedang. Jaringan ini mempunyai konsistensi halus, bersifat fleksibel, dipendarahi dengan baik dan tidak terlalu resisten terhadap stres.
Jaringan ikat padat disesuaikan dengan ketahanan dan proteksi. Jaringan ini terdiri atas komponen yang sama seperti komponen jaringan ikat longgar, namun selnya lebih banyak. Jaringan ikat padat kurang fleksibel dan jauh lebih tahan terhadap stres daripada jaringan ikat longgar. Jaringan tersebut dikenal sebagai jaringan ikat padat tak teratur bila serat-serat kolagennya tersusun berupa berkas-berkas tanpa adanya orientasi tertentu. Serat kolagennya membentuk anyaman 3-dimensi pada jaringan ikat tak teratur dan tahan terhadap stres dari segala arah. Jenis jaringan demikian dapat ditemukan di tempat-tempat seperti dermis.
Berkas kolagen dari jaringan ikat padat teratur tersusun menurut pola tertentu. Serat kolagen dari jaringan ini tersusun fibroblas dengan orientasi linear sebagai respons terhadap stres berkepanjangan dalam arah yang sama karenanya, jaringan ini tahan sekali terhadap daya tarikan. Tendon merupakan bahan pengamatan saat ini untuk jaringan ikat padat kolagen teratur(lihat hasil pengamatan). Struktur silindris panjang ini melekatkan otot rangka pada tulang, karenanya banyaknya serat kolagen tendon berwarna merah muda yang memudar hampir memutih dan tak dapat di regangkan. Jaringan ini terdiri himpitan berkas-berkas kolagen yang sejajar, dan dipisahkan oleh sedikit substansi dasar antar sel.
Jaringan lemak adalah jenis jaringan ikat khusus, yang terutama terdiri atas sel-sel adiposa. Jaringan ini merupakan gudang energi terbesar dalam tubuh serta subkutan membantu membentuk permukaan tubuh. Jaringan lemak mengandung sel-sel lemak. Jaringan ini digunakan sebagai bantalan, dan melindungi tubuh, serta sebagai penyimpan energi. Setiap sel lemak, mengandung tetes lemak yang besar. Didalam jaringan lemak, matriks relatif sedikt (Campbell et al. 1999). Jaringan ini berbentuk longgar, tersusun dari sel-sel lemak yg berdinding tipis dan di dalamnya terdapat rongga dengan penuh tetes lemak. Ex: dibawah kulit, sekitar ginjal, bantalan persendian, dan dalam sumsum tulang panjang.
E KESIMPULAN
Jaringan ikat padat/fibrous mempunyai matriks yang banyak mengandung serabut kolagen. Jaringan ini membentuk tendon sebagai tempat perlekatan otot dengan tulang, dan ligamen sebagai tempat persendian tulang dengan tulang. Jaringan ikat biasa, berfungsi untuk melindungi jaringan dan organ dan mengikat sel-sel untuk membentuk jaringan dan mengikat jaringan dan jaringan untuk membentuk organ. Jaringan ikat tersusun atas matriks dan sel-sel penyusun jaringan ikat. Matriks adalah bahan dasar sesuatu melekat. Sel-sel jaringan ikat:
- Fibroblas : berbentuk serat dan berfungsi untuk mensekresikan protein untuk membentuk matriks
- Makrophag : tidak mempunyai bentuk tetap dan terspesialisasi menjadi fagositosis
- Sel lemak : menyerupai fibroblas dan berfungsi untuk menimbun lemak
- Sel plasma : Berbentuk seperti eritrosit dan berfungsi utnuk meghasilkan antibody.
- Sel tiang (mast cell) : berfungsi untuk heparin dan histamine

Jaringan Tulang Sejati. Berdasarkan kepadatan matriks ada atau tidak ada rongga di dalamnya , tulang dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Tulang kompak (keras), tersusun atas matriks yang rapat.
- Tulang Spons (bunga karang), matriksnya tersusun longgar.
F DAFTAR PUSTAKA
http://preparatpecah.tripod.com/index_files/Page1351.htm
Luis Carlos Junquiera, Jose Carneiro.HISTOLOGI DASAR : Text & Atlas.EGC;2007
Novi Eurika S.Si. Petunjuk Praktikum “HISTOLOGI”.Universitas Muhammadiyah Jember;2009
TUGAS MAHASISWA :
1. Jelaskan persamaan dan perbedaan struktur penyusunan jaringan ikat.
Jaringan ikat longgar, bersifat elastis karena matriksnya mengandung serat kolagen, retikuler dan elastin. Berfungsi sebagai pembungkus organ-organ tubuh dan menghubungkan bagian-bagian dari jaringan lainnya. Jaringan ikat padat, bersifat tidak elastis karena matriksnya tersusun atas serat kolagen yang berwarna putih dan padat sehingga cairannya berkurang serta berfungsi untuk menghubungkan berbagai organ tubuh seperti pada katub jantung, kapsul persendian, fasia, tendon dan ligamen. Kartilago (Tulang Rawan), berfungsi untuk memperkuat yang bersifat fleksibel pada rangka baik pada embrio maupun pada saat dewasa. Berdasarkan susunan dan matriksnya, kartilago dibedakan menjadi tiga, yaitu : Kartilago Hyalin, matriksnya berwarna putih kebiruan dan transparan, dengan konsentrasi serat elastis yang tinggi. Berperan sebagai rangka pada saat embrio, pada orang dewasa terdapat melapisi permukaan sendi antartulang persendian, saluran pernafasan dan ujung tulang rusuk yang melekat pada tulang dada. Kartilago fibrosa, matriksnya berwarna gelap dan keruh, dengan serabut kolagen yang tersusun sejajar dan membentuk satu berkas sehingga bersifat keras. Kartilago elastis, matriksnya berwarna kuning dengan serabut kolagen yang berbentuk seperti jala.
2. Dimana saja jaringan ikat tersebut dapat ditemukan di tubuh.
Ditemukan di stratum papilare dermis, hipodermis, lapisan serosa peritonium dan rongga pleura, papilare dermis, hipodermis, lapisan serosa peritonium dan rongga pleura serta dibawah kulit, sekitar ginjal, bantalan persendian, dan dalam sumsum tulang panjang.
3. Jelaskan fungsi jaringan ikat dan berbagai tempat di tubuh.
Jaringan ikat biasa, berfungsi untuk melindungi jaringan dan organ dan mengikat sel-sel untuk membentuk jaringan dan mengikat jaringan dan jaringan untuk membentuk organ. Jaringan ikat longgar berfungsi sebagai pembungkus organ-organ tubuh dan menghubungkan bagian-bagian dari jaringan lainnya. Jaringan ikat padat berfungsi untuk menghubungkan berbagai organ tubuh seperti pada katub jantung, kapsul persendian, fasia, tendon dan ligamen. Kartilago (Tulang Rawan) berfungsi untuk memperkuat yang bersifat fleksibel pada rangka baik pada embrio maupun pada saat dewasa.
4. Jelaskan bentuk jaringan lemak terbentuknya jaringan lemak dan fungsinya.
Jaringan ini berbentuk longgar, tersusun dari sel-sel lemak yg berdinding tipis dan di dalamnya terdapat rongga dengan penuh tetes lemak. Jaringan ini digunakan sebagai bantalan, dan melindungi tubuh, serta sebagai penyimpan energi.
5. Menjelaskan lebih lanjut tentang cara pembentukan tulang rawan.
Tulang rawan ditandai dengan suatu matriks ekstrasel yg banyak mengandung glikosaminoglikan dan proteoglikan yang makromolekul yg berinteraksi dengan serat kolagen dan elastin.Variasi komposisi komponen matriks ini → menghasilkan 3 jenis tulang rawan yg sesuai dgn kebutuhan biomekanika setempat.
6. Asal-usul tulang rawan dan tulang keras.
Pertumbuhan tulang rawan diakibatkan oleh 2 proses : yaitu pertumbuhan interstisial, yang terjadi akibat pembelahan mitosis dari kondrosit yang sudah ada dan pertumbuhan oposisional yang terjadi akibat diferensiasi sel-sel perikondrium. Rangka yang menyokong sebagian besar manusia dewasa terbuat dari tulang keras. Bagian luar tulang keras dilapisi oleh periosteum yang merupakan tempat melekatnya otot. Sel tulang keras disebut osteosit. Tulang rawan merupakan rangka penyangga tahapan embrio manusia. Namun setelah dewasa, sebagian besar tulang rawan diganti dengan tulang keras. Pada manusia dewasa, tulang rawan hanya terdapat pada bagian yang memerlukan elastisitas seperti daun kuping, cuping hidung, dan cincin trakea. Tulang rawan terdiri atas anyaman serat dimana terdapat sel-sel tulang rawan (kondrosit) yang membuat matriks kondrin
7. Perbaikan pada patah tulang.
Setidaknya ada dua prinsip utama perbaikan patah tulang. Pertama adalah sedapat mungkin mengembalikan posisi tulang seperti posisi asalnya. Tindakan ini disebut reposisi. Prinsip kedua, mempertahankan posisi tulang yang telah kembali ke tempatnya (telah direposisi). Proses ini disebut fiksasi, biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan sampai terjadi penyambungan pada bagian yang patah.
8. Pertumbuhan Tulang.
Pertumbuhan tulang umumnya disertai resorpsi parsial jaringan yang ada dan sekaligus peletakan tulang baru. Proses ini memungkinkan bentuk tulang dipertahankan selama pertumbuhan tulang. Tengkorak contohnya, tumbuh akibat pembentukan jaringan tulang oleh jaringan periosteum antara sutura dan permukaan luar tulang, yang bersamaan dengan resorpsi pada permukaan tulang.

laporan praktikum histologi sistem urogenital

A. Topik Praktikum
Sistem urogenitalia terdiri dari organ urinaria yang terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Sedangkan organ reproduksi pada pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan penis. Kecuali testis, epididimis, vas deferens dan uretra, sistem urogenitalia terletak di rongga retroperitoneal dan terlindung oleh organ lain yang melindunginya. (Purnomo, 2008)
Pada uretra terdapat dua buah sfingter yaitu sfingter uretra eksterna dan interna di mana sfingter uretra interna bekerja di bawah sadar sedangkan sfingter uretra eksterna tidak. Maka ketika proses miksi, sfingter uretra interna inilah yang berfungsi untuk menahan keluarnya urin. Uretra terdiri atas uretra posterior dan uretra anterior. Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yang dilingkupi oleh kelenjar prostat dan uretra pars membranasea. Pada uretra anterior dibungkus oleh korpus spongiosum penis, terdiri atas pars bulbosa, pars pendularis, fossa navikularis dan meatus uretra eksterna. (Purnomo, 2008)
Pada bagian inferior buli-buli di depan rectum dan membungkus uretra posterior terdapat suatu kelenjar yang dinamakan kelenjar prostat. Di bagian skrotum pada pria terdapat sebuah organ genitalia terdapat testis yang dibungkus oleh jaringan tunika albugenia. Epididimis pada organ genitalia pria terdiri atas caput, corpus dan cauda epididimis. Sedangkan deferens berbentuk tabung kecil bermula dari kauda epidimis dan berakhir pada duktus ejakulatorius di uretra posterior. Di dasar buli-buli dan di sebelah cranial kelenjar prostat terdapat vesikula seminalis. Penis terdiri atas tiga buah corpora berbentuk silindris yaitu 2 buah corpora cavernosa dan sebuah corpus spongiosum dan di bagian proksimal terpisah menjadi dua sebagai crus penis. Setiap crus penis dibungkus oleh ishio-kavernosus yang kemudian menempel pada rami osis ischii. (Purnomo, 2008)
B. Tujuan Praktikum
• Mengetahui struktur fungsi ren
• Mengetahui struktur fungsi ureter
• Mengetahui struktur fungsi testis
• Mengetahui struktur fungsi vagina

C. Hasil Pengamtan






























































D. Pembahasan
Ureter merupakan saluran muscular yang mengalirkan urine dari pelvis ginjal menuju ke vesica urinaria. Masing-masing ureter bergerak kearah kaudal dan menumpahkan isinya ke vesica urinaria, di dekat bagian leher yang disebut trigone dan terbentuklah suatu katup untuk mencegah arus balik urine ke ginjal ( Frandson, 1992).
Ureter merupakan pipa fibromuscular, yang ramping dan datar yang membawa urine dari ginjal ke vesica urinaria. Ureter dimulai di pelvis renalis, yang menerima urine dari papila renalis. Ureter terletak di dorsal dari pembuluh spermatic interna pada jantan dan arteri-vena utero-ovarian pada betina (Frandson, 1992).
Ginjal memiliki karkteristik berbentuk seperti kacang merah dan memiliki dua extremitas, dua batas dan dua permukaan. Extremitas cranial dan caudal dihubungkan dengan batas lateral yang cembung dan batas medial yang lupus. Batas medial dapat diidentiikasi dengan bentukan oval, hillus renalis, yang terbuka ke sinus renalis. Pada hillus renalis terdapat ureter, arteri dan vena renalis, pembuluh limfe, dan syaraf. Pada struktur ini arteri renalis berada paling dorsal, dan vena renalis paling ventral. Syaraf dan pembuluh limfe berada dekat vena (Frandson, 1992).
Kedua ginjal terletak di belakang selaput perut (retroperitoneal) berada di daerah sublumbar, satu di samping dari aorta dan vena cava caudalis. Permukaan dorsal kedua ginjal tidak terlalu cembung dari pada permukaan ventral. Ujung cranial setiap ginjal dibungkus oleh peritoneum pada bagian dorsal dan ventralnya (Miller, 1969).
Sebuah ginjal dengan potongan memanjang memberi gambaran dua daerah yang cukup jelas. Daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks dan yang agak cerah disebut medulla, berbentuk pyramid terbalik. Bagian yang paling lebar atau dasar tersusun tepat dengan tepi dalam korteks dan apeks atau papik mengarah ke pelvis. Tiap bagian medulla yang berbentuk pyramid dengan jaringan korteks yang membentuk tudung pada dasar serta menutup sisinya membentuk lobus yang merupakan unit anatomi ginjal (Sigit, 1980).
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas ( Delmann, 1992).
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni:
1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut :
• Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter empat sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis.
• Tunika submukosa tidak jelas
• Lamina propria beberapa lapisan
• Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan sedikit noduli limfatiki kecil, dalam jaringan ikat longgar
• Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur.
2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan : stratum longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale eksternum
3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar ( Delmann, 1992).
Vesica Urinaria, Merupakan kantong penampung urine dari kedua ginjal urine ditampung kemudian dibuang secara periodik. Struktur histologi :
1. Mukosa, memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel.
2. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limfonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun longitudinal, mirip muskularis mukosa.
3. Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar.
4. Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesike membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus.
5. Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf ( Delmann, 1992).
Pada testis pria akan dijumpai tubulus seminiferus yang terpendam dalam dasar jaringan ikat longgar yang banyak mengandung pembuluh darah dan limfe, saraf dan sel interstisial (Leydig). Tubulus seminiferus ini akan menghasilkan sel kelamin pria yaitu spermatozoa, sedangkan sel Leydig mengekskresikan androgen testis. (Dany, 2007) ). Testis yang dikelilingi oleh selaput berserat albuginea, yang banyak encloses profil dari seminiferous tubules dalam sperma yang dibuat oleh mitosis dan meiosis. Antara seminiferous tubules adalah interstisial sel-sel Leydig (yang memproduksi testosterone) dan kapal darah. wilayah yang berkerut dengan dibulatkan spermatogonia yang mengalami mitosis menjadi dasar spermatocytes (rintik nuclei), dan kemudian menjadi spermatocytes sekunder oleh proses pertama meiotic divisi. Sekunder spermatocytes membagi lagi (kedua meiotic divisi) untuk menjadi spermatids (dengan lebih kecil, gelap nuclei), yang mentransformasikan menjadi spermatozoa matang. Semua ini terjadi tahap-tahap ke arah lumen. Spermatozoa dewasa memiliki tongkat tipis seperti nuclei yang bebas dalam lumen. Sertoli sel dengan elongated nuclei dusta besar 1 / 3 of the way up the dinding tabung kecil, dan memelihara sel-sel yang berkembang di antara banyak hal lainnya.
Histologi dari smear vagina menampakkan suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati

Sel-sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus.
Karakteristik dari sel-sel parabasal adalah sebagai berikut:
1. Bentuknya bundar atau oval
2. Mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma
3. Sitoplasmanya biasanya tampak tebal
4. Secara umum dengan pewarnaan berwarna gelap
Proses perubahan sel-sel parabasal menuju sel intermediet kemudian sel-sel superfisial dan sel-sel anucleate dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bentuk bundar atau oval perlahan-perlahan akan berubah menjadi bentuk poligonal atau bentuk tidak beraturan.Ukuran nuklei yang besar secara perlahan-lahan akan mengecil, pada beberapa kasus nuklei mengalami kematian atau rusak secara bersamaan.
Ukuran sitoplasma akan lebih tipis daripada semula. Karena ukuran sitoplasma lebih kecil dari semula maka sel-sel parabasal yang berwarna gelap akibat pewarnaan akan berubah menjadi sel-sel yang bewarna lebih cerah akibat pewarnaan yang sama.Proses perubahan di atas dapat ditengarai sebagai salah satu proses pada siklus estrus.
Fase Estrus
Karakteristik:
Karakteristik sel pada saat estrus yaitu penampakan histologi dari smear vagina didominasi oleh sel-sel superfisial, tetapi terdapat kornifikasi pada hasil preparat, pengamatan yang berulang menampakkan sel-sel superfisialnya ada yang bersifat anucleate
Sel-sel parabasal dan superfisial mudah untuk dibedakan, sedangkan sel-sel intermediet adalah sel yang terletak diantara sel parabasal dan sel superfisial. pada saat nukleus mengecil, membentuk pyknotic maka sel ini dapat diklasifikasikan pada sel superfisial (Karaca dan Uslu, 2008).
Fase Diestrus
Karakteristik:
Fase diestrus ditandai dengan ciri-ciri berikut, diantanranya: terjadi pengurangan jumlah sel superfisial dari kira-kira 100% pada fase sebelumnya menjadi 20% pada fase diestrus. Selain itu, jumlah sel parabasal dalam apusan preparat vagina menjadi meningkat, hasil ini dperkuat dengan pengujian yang dilakukan pada hari berikutnya.
Menurut Karaca dan Uslu (2008), Ciri siklus estrus tidak dapat dipisahkan dari proses perubahan yang terjadi pada sel-sel epitelnya, untuk itu berikut adalah penjelasan mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan histologi sel epitel vagina:
Sel kornifikasi adalah tipe sel vagina yang paling tua dari sel parabasal, sel intermediate, sel superfisial, dan mempunyai ciri nukleus yang tidak lengkap.
Sel epitel adalah sel yang menyusun jaringan epitelium, biasanya terletak pada bagian tubu yang mempunyai lumen dan kantong misal vagina
Sel intermediet adalah tipe sel epitel vagina yang lebih tua dari parabasal tetapi lebih muda dari sel superfisial dan sel squamous tanpa nukleus
Inti sel pyknotic adalah nukleus yang telah degeneratif dan merupakan ciri dari sel superfisial
Menurut Taw (2008), Pengurutan proses pertumbuhan sel dari epitel sel vagina berkaitan dengan siklus estrus dapat diurutkan sebagai berikut;
Sel-sel parabasal (dijumpai pada fase proestrus, serta pada fase akhir diestrus).
Sel-sel intermediet (dijumpai pada fase proestrus akhir dan metestrus awal).
Sel-sel superfisial (fase metestrus akhir dan fase estrus).
Sel-sel squamous tanpa nukleus (fase estrus).
E. Kesimpulan
Sistem urogenitalia terdiri dari organ urinaria yang terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra. Sedangkan organ reproduksi pada pria terdiri atas testis, epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, prostat dan penis. Kecuali testis, epididimis, vas deferens dan uretra, sistem urogenitalia terletak di rongga retroperitoneal dan terlindung oleh organ lain yang melindunginya. (Purnomo, 2008)




F. Daftar Pustaka
Luis Carlos Junquiera, Jose Carneiro.HISTOLOGI DASAR : Text & Atlas.EGC;2007
Novi Eurika. Petunjuk Praktikum “HISTOLOGI”.Universitas Muhammadiyah Jember;2009
TUGAS MAHASISWA
1. Gangguan pada ginjal
1. Gagal ginjal akut (GGA)
2. Gagal ginjal kronik (GGK).

2. Berbagai penyakit yang ditandai dengan urine yang abnormal
Penyakit Umum/Sistemik: Kencing Manis = Diabetes Mellitus, Hipertensi, Cholesterol tinggi – Dyslipidemia, SLE: Penyakit Lupus, Penyakit Kekebalan Tubuh lain, Asam urat tinggi – Hyperuricemia – Gout, Infeksi di badan: Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-obatan, Amiloidosis, Kehilangan carian banyak yang mendadak: muntaber, perdarahan, luka bakar.
3. Proses spermatogenesis pada manusia
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone ( Yatim, 1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II ( Yatim, 1990).
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap ( Yatim, 1990).

3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan ductus ejakulotorius ( Yatim, 1990).





LAPORAN PRAKTIKUM
HISTOLOGI
“ Sistema Urogenital “










Nama : Yudhis Citra Wahyudi
NIM : 07121001
Gol / Kel. : 1 / I
Tanggal Praktikum : 17-07-2009
Tanggal Penyerahan : 20-07-2009
Dosen Pembimbing : Novi Eurika, S.Si
Co.Assisten : Dara Shandi Abi Resta
Yunita Handayani Budi




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2009